Senin, 12 Juli 2010

Muram

Bertopang dagu terbawa alunan rindu tenggelam dalam masa lalu.
Melody bertalu rindu...
Diperputakaan memory berduduk lama kembali membaca buku buku lama
Mencari rasa yang hilang terbang entah kemana rimba.
Blues muram, nada patah hati dimainkan...
Meja kayu tua, pena, tinta, kertas putih betebaran sekeliling ruang.
Noktah noktah berceceran
Puisi dituliskan-syair tercipta.
Bersuara lirih akan birunya hari birunya hidup
Lusuh..
Hilang gairah...
Tak tentu arah...

Selasa, 22 Juni 2010

Entahlah

Idealis dibilang egois
Komunis dibilang anarkis
Demokrasi dibilang apatis
Sosialis dibilang sok peduli
Nasionalis didewakan
Persetan!!!
Keparat!!!
Kampret kampret bermuka dua
Rakyat masih dirundung duka
Orang orang bijak dikhianat!!
Hak asasi disalah arti
Biarkan saja semua menjadi tak peduli
Semakin tolol semakin baik, tak mengerti apa apa semakin ikhlas menerima segala!
Menerima Dari segala mosi mosi yang si pintar tak percaya
Rusak!!
1000 pembesar mati kelahiranya tak muncul muncul lagi
Lebih baik menjadi naif agar kebijakan pola tercipta
Tua muda sama saja, namamu sekalian telah rusak tak beraturan
Kemana nurani ditempatkan?!
Sekalipun ini kalian sebut anjing menggonggong ku tak peduli
Lihat kelak siapa yang berdiri atas dasar mati suri nurani

Senin, 21 Juni 2010

Bias

Hidup bias..
Gairahnya telah lunas
eksistensinya masih saja dipertanya
sampai mana kapan hingga bosan
selangkah jalan saja kutak tau apa nasib waktu
kelu..rasa hari bercampur sepi
yakinkan aku untuk satu yang kutuju
tuhan!!! engkaulah penentu jalan...
Tuntun hati gamang ini
hilangkan resah pikiran
gerakan jasad yang mati ini
sesungguhnya aku meminta
sesungguhnya aku pasrah

Segalanya diatas segala

Hidup...
Sebaik-baiknya berselaras dengan alam raya dan semesta
manusia...
Konsep dan menjalankannya
serahkan segala hasil akhir kepada Tuhan.

Tebentuk sebuah ruang dan waktu
bermainlah manusia disitu.
pejamkan mata
dengarlah hati yang berbicara setiap harinya
serahkan segala urusan, dan biarlah tangan-tangan tuhan bekerja

oooh indahnya hidup berselarah dengan semesta

kuserahkan hidup dan mati
ruh beserta raga ku
hanya kepada"Mu"
berilah dan ambilah apa-apa yang ingin "Kau" beri, yang ingin "Kau" ambil
jangan ambil ke-iman-an ini dariku
pintaku "Kau"datangkanlah, dekatkanlah apa-apa yang kuingin
jangan aku mendatangi apa-apa yg kuingin.
Sesungguhnya "Engkaulah" "segala" diatas "segalanya"

Buku

Lembar demi lembar terbuka
riwayat, sejarah, dan kisah mengudara
imaji dan fantasi terbentang
berpijak disanalah kini kaki-kaki kesadaran

aksara mensuges kita
pola pikir tercipta
dari benda mati yang tak terkira harga
kita membuka mata selebar-lebarnya daun jendela
sambut ilmu datang padamu
jangan jemu lekatlah selalu

cahayanya menerangi gelap jiwa
menerangi sisi otak tersembunyi

Sabtu, 19 Juni 2010

Terjebak masa lalu indah silam

Kata-kata meluncur tinggi membangga diri.
ada keagungan yang dia rasa sendiri.
sinis tatapan sekeliling tak peduli
lanjut saja ia membangga diri

hari kemarin sama ia kira hari ini.
dongak kepala keatas pandangan lurus kedepan
ahh tak sadar dengan waktu yang tlah pergi
dipikirnya masih hari kemarin saat ini

ohh kasihan orang-orang yang terjebak masa lalu bahagia silam
tak membuka mata hari ini esok atau nanti kedepan
menuntut diri sendiri hingga tak mampu lagi ia berlari
enggan ia tinggalkan manis memory

tutup telinga dengar cibir mereka yang muak dengan omonganya
kasihan orang-orang yang terjebak masa lalu indah silam dikiranya sama kemarin dan saat ini
realistis keadaan nyata tak pernah ditengoknya juga
hidup mereka terpenjara diotak mereka yang batu tak terpalu
hidup mereka terjebak indah memory masa lalu
dikiranya masih seperti dulu
dikiranya hari ini seperti hari lalu...

Terdalam dan tersimpan

Kawan...
Dalam derai-derai tawa kusembunyikan segala duka
kawan...
Kau lihat semua begitu mudah, tapi tidak denganku
kedamaian itu hanya topeng yang kuperlihatkan padamu
taukah apa yang tersembunyi dibaliknya??

Setiap waktu-berpacu aku berlari melawannya
setiap hari kudengar suara hatiku yang pesimis..perlahan pasti menggroti diri
pandanganku terhalang tembok dan berkabut
dipersimpangan aku kalut, tak dapat tentukan..

Kawan...
Semua terlihat baik saja dipandanganmu
karena aku yang berikan...
Tak ingin kunodai kebersamaan oleh keresahan-keresahan dan kegamangan
biar kupendam tak kucurahkan
biar derai tawa-tawa kita tetap membahama...
Biar kebersamaan kita tetap bergelora

Wajah wajah lama

Tiba-tiba...
wajah-wajah lama timbul kepermukaan
membangkitkan kenangan yang tak tua namun merindukan
kisah-kisah lama mulai mengudara
lukisan, potret dan film bergerak sekena'nya
disana...
Saksi-saksi bisu kita masih kukuh berdiri
masih menyimpan bergiga-giga memory
tentang kita pada suatu masa
yang mana sempat terlupa...
Untuk kita sebaik-baiknya mengambil hikmah
Kita mengikat benang-benang saudara
sadar atau tidak itulah adanya
kawan...
Kusadari semua melangkah maju
zaman mati dan tumbuh yang baru
keabadian hanyalah nama
untuk itu baik kita menjaga mengenangnya
kita tumbuh berkembang
disana..ditempat dan disuatu masa
kita berfikir dan bertindak dari buah-buah pengalaman
untuk itu kita baik menjaga mengenangnya
kawan...
Mungkin kau putus tali-temali
mungkin kau hapus memory
mungkin kau lupa..
Kemana pun kau melangkah
dimana pun kakimu berpijak
sadarilah kau bukan siapa-siapa
hidupmu bersamaan hidup kami
dunia mu disekeliling kami
mungkin kau lupa
namun aku tak pernah
sekalipun tak pernah lupa

Resapilah rasa

Aku kembali keperaduan
setelah pendakian terakhir.....
Kudapati siapa diriku
terbuka tabir-tabir rahasia & sekarang jelas didepan mata.
Pengalaman lalu yang haru bersamamu
menyadarkanku
menampar keras kesadaran tertinggi...keberadaan dia, kau dan mereka.
Keberadaanku, keartianku, kusadari untuk apa aku masih berdiri
kawan.....pernah kita sama rasakan....
Bersua ku bukan tanpa arti
analogi, hiperbola
membuat kata menjadi luas makna
kawan...dengarlah aku bersua
ku telah rasakan segala erang dan jeritan yang telah kau rasakan dan belum tentu kau rasakan.
Dengarlah aku bersua dan jangan tanya kenapa?!
Apakah kepedulian itu salah?! Dipikiranmu semua bertalu-talu tanya
kawan...resapilah segala rasa yang kucurah...selagi kumampu, selagi ku ada
dan berhentilah bertanya!!
Cukup satu kata
"resapilah"

Tragedi ironis

Tidak hadir tiba-tiba dalam dunia
kau dan aku, kita pernah bersam dalam suatu masa.
Ada rasa hilang dan ada rasa syukur
saat kakimu menjelajah diduniaku
kau bagiku tak lebih dari musafir menghinggap satu persatu kedalam dunia yang pernah aku hinggapi.

Hingga saat kau agungkan dalam bentuk rasa

sadarkah kau rampas satu-satunya yang aku punya!!
Curi semua yang terkasih dalam hidupku!!
Yang amat berarti dalam setiap semangat hidupku!!

Seolah malam ini kau NUH...
Membawa segala yang tersisa kebahtera
tinggalkan diriku disini..
Mati layu dalam hati yang membiru...

Seketika dalam helaan nafasku
kusadari kebersyukuranku akan hadirmu
mampu kini aku memahami siapa diri ini

atas segala apa yang aku "punya
atas segala apa yang aku "rasa"
bahwa aku bukanlah "siapa-siapa"
bahwa aku tak berhak "memiliki" apa-apa

karena aku tak mampu untuk "bersua"

Wanita dan dirinya yang bias

Tersirat di kebisu-annya yang diam, bias.
diam-terdiam tak berkata bias makna.
disendunya mata ada fikiran yang melintas namun, kembali bias.
Keingingan diri yang tak beranjak dari tanda tanya membuat kita semua gila.
Ungkapkanlah hai wanita apa-apa yang tersembunyi
tak membuat kami lelap menunggu dalam diammu.
Biarkan aku menjelajah belantara fikirmu mencari yang kau ingin dan memaparkan dimukamu.
segala laku keakuan mu, tak dapat memahami diri sendiri membuat kami goyah dalam lelah.
Jangan pernah lari maju dan hadapi dengan segala konsekuensi.
lukiskanlah dirimu pada pandangan yang memabukan
jabarkanlah keinginanmu pada setiap pertemuan
sesungguhnya kaum-mu-lah yang enggan sedikit berdiskusi pada diri sendiri
sesungguhnya kalianlah yang paling mengerti diri kalian sendiri.
Bukan aku, dia, mereka atau siapa-siapa. Hanya ada kau dan dirimu.
Bergegaslah beranjak dari hatimu sesekali kembali ke akalmu
agar tak goyah dalam arah
agar tak luput yang sekecil itu teramat besar berarti.

Gantungnya sebuah jawaban malam

Malam-malam habis terjaga yang tersisa tinggalah lelah.
Angan-anganku pergi menjemput senja, menjemput mimpi yang kau bawa.
Disini... segala gelak-tawa canda-rasa dimalam-malam kita bersama.
Perbincangan kita menjadi saksi kebenaran rasa.
Hingar-bingarnya seketika senyap saat langkah pulang kembali keperaduan, saat lelap merayu-melambai saat kaki-kaki melangkah pergi berjauhan pulang kembali keperaduan.
Berlanjutkah dihari depan??! Perbincangan kita masih menggantung kawan.
Masih kita mengandalkan akal sendiri mencari jawaban.
Bukanlah kenyataan.
Aku kau tinggalkan sendirian.
tak dapat pulang.
................................
Dalam detik-detik kesunyian-keheningan
mencuatlah sebuah rasa. Sesaknya perihnya galaunya menyebar menginvansi meradiasi seluruh dunia!!
Seketika itu juga Dunia murung melankolia....
Aku dibuat bingung karenanya..
Bertanya pada ibliz, ia tak mengerti
bertanya pada tuhan, Ia tak menjawab
bertanya pada manusia, ia diam seribu bahasa.
Aku berlarian mencari jawaban
peluhku membanjiri hati
lelahku tak surut berhenti
namun tak satupun ku temukan jawaban.
Aku gamang menatap hari depan.
Inginku ketahuilah. Beritakanlah jika kau memilikinya
jangan kau simpan sendiri jawaban. Berbagilah. Agar aku tak mati dalam penantian. Dalam pengaharapan. Dalam kesepian.
Dalam rasa yang tak terungkapkan.

Milik siapa kerinduan ini

Kesunyian...
Dirimba malam tak berbulan suasana membawaku melintas menyebrangi memory.
aroma tubuh yang kurindu terlupa tak ku ingat lagi.
kehampaan...
Wajahmu kasih seperti apa hari ini? Bahkan juga mungkin terlupa.
Samar-samar aku membongkar pembendaharaan memory, namun tetap tak kudapati.
semilir angin merileksasi kegundahan..merasuk membawaku jauh memasuki bawah sadarku.
aku rindu..namun hati bertanya balik pada siapa ku rindu?!!
Melankoli..
Tak ada jawaban yg berbunyi..
Alam raya seolah kaku..diam..membisu..
Meninggalkanku..
Melepasku..
Sendiri dirimba malam dgn kerinduan yang tak bertuan.

Rasa

Aku bersujud dilantai bumi seraya berbicara kepada Tuhan.
Atas nama alam raya
Dia berbicara dalam bahasa yang tidak kumengerti
Realita...

Belum juga singgah wujud nyata
Mata ini masah tak kasat adanya
Dimana pembenaran letaknya
Tak pasti aku menerima

Keadaan ini membunuh perlahan
Racun...kontaminasi...
Atas derita atau nikmat yang sekarang dirasa??!
Ahh..masih tak kunjung datang pembenaran
Masih keraguan berkutik terpaku, seraya iblis merayu

Jika sudah tak ada cinta
Hingga esok mentari tiba
Aku memilih mati
Atas nama kehidupan yang kurang berarti!!!!

Filosofi bunglon

Merayap perlahan di ranting, dedaunan, akar.
Berdiam diri ditempat tertinggi
Melihat sekeliling menyimak alam raya.
Mengikuti seirama hembusan angin melambai.
Sesekali terjun bebas kebawah
Agar mampu mengikuti arus putaran dunia.
Gradasi warna warni permukan kulitnya lambang segala praha.
Adakah kita baiknya merendah dan meninggi pada tempat yang semestinya.
Berdiri disekumpulan orang bodoh menjadi bodoh.
Berdiskusi disekumpulan cendikiawan pemotret jaman menjadi pintar.
Keluarkan tiga ilmu kala lawan bicara mengeluarkan tiga.
Keluarkan sepuluh kala lawan kita mengeluarkan sepuluh.
Adaptasi lingkungan sekeliling, seraya menimbang.
Seraya menyimak.
Seraya meresap.
Menerkam dalam mengendap.
Perlahan pasti menjadi raja zaman gila.
Zaman yang dewasa ini berbicara bukan karena akademi.
Zaman yang penuh intrik.
Mencari celah karena mencari aman untuk sekedar hidup kedepan.
Merendah dan meninggi pada tempat yang semestinya.
Beradaptasi untuk menjadi raja di zaman gila.

Diakhir suatu zaman

Atas nama waktu yg tergerus
Datang suatu masa dimana mungkin akhir bertahta
Kini aku meminta
Restu undur diri dari semua

Kuwariskan segala kucurah
Sebuah karya yg kelak kan jadi sejarah
Dan terukir nama nama kita di marmer hati tertinggi

Terimakasih waktu malam malam terjaga
Menggerus pemikiran pemikiran terbuka
Membuka segala batas yg ada
Sadarkah kau itu anugrah kita?!!

Mungkin aku telah renta
Ketumpulan inovasi enggan merebak kembali
Suara ku tak lagi semerdu dahulu
Tersudut kenyataan ditahta tertinggi
Kusadari ku harus bangkit!
Bangkit undur diri.

Bukan aku lari.
Namun serahkan atas yang HAK dan lebih pantas!
Mungkin baik untuk yg muda muda
Oh inikah akhir jaman bertahta
Jika iya. Panggilah aku sebagai Bapak.
Mungkin aku bukan yg baik
Tapi kenanglah ku sebagai pendiri
Atas gagasan yg tersulut api
Pada beberapa waktu silam

Aku pergi mungkin bkan untuk selamanya.
Namun jangan harapkan aku kembali
Karena hati ini enggan berbagi

Selamat tinggal pada segala yg ada
Kutitipkan mimpi dan harapan dihatimu sekalian.

Kibarkanlah bendera kita ditempat tertinggi
Agar yg lain dpt melihat eksistensi diri
Agar tak terlihat lagi sebelah mata
Lantangkanlah suara suara merdu mu
Agar yg lain enggan membantah
Jangan ragu
Pacu....

Kesaksian amarah dan kebangkitan

Bukanlah akhir segalanya disudutkan jurang kenyataan
Inilah realita bukan diatas realita
Karena makna tidaklah seharfiah yg ada
Menengguk manis atau pahit mungkin juga tiada rasa
Itulah realita!
Lari & bersembunyi mampu kemana pergi?!
Tiada tempat untuk para pengecut sejati!
Dunia hanya layak dihuni oleh hati yang berani!
Untuk para pemberani...

Usah sesal hati atau pun mengutuk diri.
Terlalu banyak kita kecewa terhadap diri sendiri.
Terlalu banyak waktu terbuang percuma,
Sementara yang lainya acuh tak peduli,
Kita masih terperosok dalam duka...
Saat waktu kian jauh berlabuh
Kita semakin tertinggal tak ada yang tahu menau.
Sendiri...

Naik dan turun adalah biasa
Itulah siklus alam raya
Berputar dalam roda yang itu-itu saja
Sejak zaman adam & hawa.
Perbedaanya...aku peka aku tahu dan mengerti
Sementara kalian tidak!!

Maka bangkitlah!! hei orang-orang terluka!!
Seretlah luka nanah dihadapan mereka!
Kudengar erang jeritmu!
Lepaskanlah!!
Biar aku menjadi saksi atas tirani dihidup ini!!

Yang diperkosa kapitalis
Tetap jalani hidup mu!
Mengangkang bila perlu!
Bila kau lari maka kau mati kelaparan tak berarti!
Sia-sialah Marsinah telah korbankan nyawa untuk hak kita!
Bila tetap hanya menjadi angin lalu, maka biar mereka tunggu marsinah - marsinah berikutnya!
Biar mereka diganyang mati kita tidak peduli!
Karena mereka tidak punya hati

Yang mengangkat pena
Lawan semua profesor doctor yang ada!
Lantangkan suaramu
Telaah sari pati ilmu
Sadarkah? Mereka menginvansi otakmu dengan pemikiran realita yang bukan diatas realita!
Mereka men suggest daya jelajahmu, hingga kerap kali kau hanya jawab he-eh! lagi
Jangan lagi dibodohi ideologi & teologi Guru guru yang mempukul rata kebodohan & kepintaran karena nilai akademis belaka

Untuk para yang berkarya
Jangan lagi terbuai pasar!
Jangan lagi ciptakan yang banal!
Keluarkan sisi liar seni dari palung hati terdalam
Lahirkan masterpiece biar dunia terbelalak matanya!
Sesungguhnya buah karya ialah tiada harga!

Aku menjadi saksi atas hidup terkekang mati

Kota

Rindu kita tak pernah jemu
Menunggu dalam angan semu
Gundah kita tak henti gemuruh
Melawan hari tak kunjung tentu

Aksi kita tiada pernah henti
Berusaha mewujud nyata mimpi
Yakin diri pacu segala nadi
Air mata tak henti reda

Rayu kota
Lahirkan mimpi si muda
Berlomba pasang tinggi cita mulia
Kapan nyata, samar adanya

Selasa, 19 Januari 2010

Sebatas apa?!

Prosesi terlalu lama hingga kemuakan merajalela
Eksistensi orientasi dipertanya atau memang sesungguhnya hanya obsesi belaka?!
Menggebu gebu dalam haru menunggu
kebosanan hilang batas
Benarkah itu yang di'butuhkan'?!
Tanya kembali diri!
Atau sekedar 'keinginan' yang menjadi angin lalu esok hari enggan dicari kemudian terlupakan waktu?!
Tanya kembali diri!
Benarkah itu yg di'butuhkan'
Atau sekedar 'keinginan' menggebu
Atas hasrat bisikan iblis membakar nafsu yg sedari dulu membujuk rayu?!

Sabtu, 16 Januari 2010

Perkenalan

Haloooo...saya taufan mirsyad.saya seorang kelas pekerja saat ini saya bekerja sebagai freelance sebagai crew event organizer disebuah perusahaan advertising yang bernama gamma comm.saat ini saya membuat blog hanya sebagai tempat saya mencurahkan inspirasi saya,kreatifitas,karya,dunia saya,dan segala hal yang saya sukai. Mungkin hanya sebatas sebagai journal pribadi..yupp..mempersingkat kata welcome to my world my life.